Laman


29.11.10

Boku wa Ai Suki | part. 1

Suatu hari di area jogging track, ada seorang pemuda yang mahir sekali menggunakan sepatu roda. Wajahnya yang tampan, hidungnya yang mancung, bibirnya yang sexy, sorot mata yang menawan, serta tubuhnya yang tinggi proporsional, menarik perhatian para gadis yang seketika itu lewat. Pemuda itu bernama CHOI MINHO. Wajahnya tampak ceria sekali saat itu. Tapi, tiba-tiba ia menghentikan permainan sepatu rodanya itu.
“Sampai kapan kalian akan membuntuti aku terus?”, ucap Minho.
”Maaf tuan muda, tapi ini perintah nyonya besar”, ucap orang yang membuntutinya itu.
Sebenarnya Minho selalu diikuti atau dikawal oleh pengawalnya kemanapun ia pergi.
”Aku tidak peduli nenek berkata apa pada kalian”, ucap Minho sambil menatap pengawalnya tajam.
Sejak kelas dua SD, Minho tinggal bersama neneknya karena orang tuanya telah meninggal karena sesuatu yang tidak lazim. Kedua orang tua Minho dibunuh oleh seseorang didepan matanya sendiri. Minho tidak dibunuh karena ia disuruh bersembunyi oleh ayahnya dikolong meja yang tertutup oleh taplak meja tersebut hingga kaki meja. Minho hanya bisa mengintip dari balik kain meja tersebut, dan menyaksikan kematian kedua orang tuanya. Saat kejadian itu Minho hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Sebelum dibunuh, ibunya Minho sempat diperkosa oleh pembunuh itu. Setelah pembunuh itu pergi, Minho menghampiri mayat kedua orang tuanya. Tapi, tiada ekspresi diwajah Minho. Setelah memandang mayat dari kedua orang tuanya, Minho kembali ke kamarnya pada saat itu dan tidur. Ketika keesokan harinya, polisi yang datang kerumahnya langsung membawa mayat kedua orang tua Minho untuk diotopsi. Minho masih tertidur saat polisi datang, sampai neneknya membangunkannya. Saat terbangun Minho menanyakan keberadaan kedua orang tuanya. Dan neneknya menjawab ”saat kau tertidur tadi, orang tuamu pergi kekantor dan menelepon nenek untuk menjagamu saat kau bangun”. Sang nenek tidak tahu bahwa Minho sebenarnya menyaksikan pembunuhan itu. Saat siangnya, sang nenek berpura-pura mendapat telepon dan menerima kabar bahwa orang tua Minho mendapat kecelakaan saat mereka akan pulang kerumah dan sang nenek memberitahu Minho tentang kejadian itu. Minho menangis ketika neneknya mengatakan hal itu, padahal sebenarnya Minho menangis karena mengingat kejadian semalam. Tetapi ia tidak memberitahu neneknya atas apa yang telah disaksikannya, bahkan sampai saat ini. Ia hanya bisa mengingat wajah pembunuh yang membunuh orang tuanya itu.
”Aku hanya ingin merasakan kebebasan”, lanjut Minho.
”Maaf tuan muda, tidak bisa”, ucap salah satu pengawal.
Karena bosan dibuntuti terus, iapun mengakhiri permainannya dan pulang kerumah. Sesampainya dirumah, Minho melihat neneknya sedang duduk diruang tengah.
”Sampai kapan nenek akan memperlakukanku seperti anak TK”, ucap Minho kesal pada neneknya.
”Nenek sayang kamu”, ucap neneknya sambil tersenyum simpul.
Minho pun bergegas menuju kamarnya dilantai dua saat mendengar jawaban dari neneknya itu. Ia pergi mandi untuk mengilangkan bebannya sejenak. Kemudian setelah selesai, ia duduk di kursi dan menyandarkan badannya sambil menutup mukanya dengan handuk yang sempat dipakai untuk mengeringkan rambutnya. Tiba-tiba ia terbangun dan memandang sekitar ruangannya. Ia menuju rak buku, dan mengambil suatu album dari rak tersebut. Ia membawa album itu ke tempat tidurnya. Ia kemudian membukanya. Rupanya itu adalah album kenangannya waktu bersama orang tuanya. Minho menangis saat mengenang kenangan itu. Sampai-sampai ia tertidur sambil memeluk album itu. Ketika ia tengah tertidur, neneknya masuk ke kamarnya. Neneknya menitikan air mata saat melihat Minho Minho tertidur dengan memeluk album kenangan itu.
”Hanya ini yang bisa nenek lakukan untuk kamu”, ucap nenek setelah mencium kening Minho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar